Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2025

di balik kata sahabat

Yang kuingat, Rian selalu ada dalam setiap episode kehidupanku. Jika di dunia ini memang benar bahwa ada seseorang yang ditakdirkan untuk menjadi soulmate kita, barangkali dialah orangnya. Dia sudah selalu ada di depan mataku, sejak aku mampu melihat dunia. Rumah kami berdampingan, begitupun jendela kamarku yang berhadapan dengan jendela kamarnya. Sejak belia, kami sudah sering bersama-sama memandang bintang dan rembulan di langit malam yang pekat. Lalu entah pada malam yang keberapa, saat itu aku kelas 2 SMP, dia kelas 3 SMP. “Rania, nanti kalo udah gede kamu mau jadi apa?” tanyanya suatu ketika. Pandangannya tetap melangit. “Hmmm.” Kuletakkan telunjuk di dagu, berekspresi seolah-olah berpikir keras. “Nggak tahu nih. Mau jadi istri kamu aja boleh?” Aku tersenyum jenaka kala Rian memutar kedua bola mata. Sengaja membuatnya jengkel. Bagiku, ekspresi wajahnya ketika marah selalu mengundang aku untuk selalu membuatnya marah. Tanpa aba-aba, ia menyentil kepalaku. “Bego lu,” ia beranjak dar...

a poetry

  hujan jatuh seperti kaki kaki langit. sore itu, segalanya terasa lambat. deru napas tak sekencang biasanya. suara air menabarak apapun yang ada di bumi. ranting pepohonan, daun, tanah beserta debu debunya. seng. semua. luruh langit, sempurna menyuruh awan mendekapnya, entah lelah, atau hanya ingin bersembunyi. pukul 3 sore serta riuh dari kepala iringan musik instrumen coklat karamel di tangan kanan, separuh tergigit wahai kemarilah bahagia aku ingin hidup lebih lama
Hai. ini aku, bii. sedang ingin menyapamu malam ini -syukur-syukur bisa menjalin obrolan panjang. sebab aku teramat penasaran, bagaimana dunia ini di matamu. dan, bagaimana aku. seperti biasa, perasaan tentangmu hanya bisa kutuang dalam bentuk kata. juga rindunya, yang kupeluk sendiri bersama bebannya. entah kau merasakan beban itu, atau tidak sedikitpun. "sedang apa dirimu malam ini? " kira" kapan tanya itu bisa ku lontarkan padamu? "mengapa nomor whatsapp mu hanya aktif 9 jam yang lalu? " aku yang hanya bisa mengetahui kabarmu melalui sosial media harus menelan bulat-bulat kekhawatiran itu. namun semoga, kesehatan dan bahagia selalu berjodoh denganmu :) aku ingin bercerita banyaaaaak sekali hal, sebenarnya. ingin merasakan bagaimana indahnya dirayakan, dan juga ingin memiliki seseorang untuk kurayakan -dalam hal ini, dirimu, semoga. tidakkah kau pun berpikir hal yang sama? jadi, kira-kira dimana ragamu bernaung malam ini? tidakkah rindu menyapamu, se...
  harap-harap mulai tumbuh subur tak terkendali. seperti jamur di musim penghujan. seperti benih yang dipelihara dengan sepenuh hati. namun kali ini, pupuk nya hanyalah angan. serta harapan itu sendiri. sementara di sisi lain. bahagia tumbuh dari hal yang terlalu sederhana. dari kehadiran yang secepat bayang. dari percakapan yang hanya ada dalam pikiran. dari dugaan.

this

  bagaimana rasanya dipandang sebagai diri sendiri? tanpa peduli terhadap semua capaian yang sebenarnya fana? tanpa ada kata 'karena' dan segenap harap-harap utopis di belakangnya dan barangkali, semua orang pun ingin diterima, bukan karena apa yang ia punya. bukan karena citra yang dia tampakkan di hadapan dunia, sesederhana, dirinya sendiri. diterima karena kamu adalah dirimu. tanpa semua embel-embel apapun itu

menjaga mahkota agar tidak terjatuh

kerap kali kita merendahkan diri ini u ntuk mencapai suatu hal yang kita inginkan d engan dalih perasaan.  Kerap kali kita merasa sepi sendiri di j alan ini lelah tak ada yang menemani atau dijadikan tumpuan cerita kabar baiknya,  j alan sepi inilah yang membuat kita bertumbuh.    sebab atensi ini tidak dipaksa terbagi untuk hal yang lain.   meski kadang kala kita merasa sendiri, setidaknya kita berusaha jadi lebih baik. bukan untuk membahagiakan siapapun, bukan agar kita di pilih, tapi untuk diri kita sendiri. dan kebahagiaan yang diharapkan selalu melingkupi dan pada akhirnya, ketika yang dipilih lebih memilih yang lain, jalan kita tidak akan terhenti.   justru terbuka lebih lebar lagi. jaga mahkota itu tetap di atas kepala. jangan menunduk untuk bisa diterima siapapun

selepas bertemu purnama

  purnama tepat berada di atas kepalaku. kala bayangnya yang selama ini mengungkungku akhirnya kulepas. ini semua berkat Kak Dhya. dia menyadarkanku dengan kata-katanya yang make sense. bahwa, yang paling berhak untuk menyemangati ku, adalah diriku sendiri. yang punya kewajiban untuk menciptakan bahagiaku, tak lain pun adalah diriku sendiri. selama ini, aku kerap berpikiran bahwa romance relationship adalah satu-satunya jalan untuk kita punya someone to talk. yang bisa diajak nongki bareng, grow up bareng. dan kesalahan ku adalah ketika aku mulai berpikir untuk mencarinya, dan membebaninya dengan persepsi yang kubangun sendiri. dirinya belum tentu sesuai dengan yang ada di benakku. bahkan mungkin berbanding terbalik. maka aku lagi-lagi bersyukur sebab diri ini belum terlampau jauh. belum melakukan hal yang memalukan, kecuali fakta bahwa namanya masih yang paling kutunggu di 'seen' instastory ku. aku yang melankolis. sedikit naif juga. cinta selalu kupandang sebagai jalan pint...

dikit crazy

D ikit gila sii but aku nulis ini lagi diatas motor, dibonceng Kak Ekki. balik dari MIWF 2025 yg udh malam terakhir. i just wanna tell u my feeling. entah karena dasar apa, MIWF bagiku seperti rumah. aku bisa dengan mudah melihat buku di sepanjang koridor fort Rotterdam, beserta orang" yang membacanya. pembacaan puisi di taman rasa, pertunjukan demi pertunjukan, aku yang biasa kehabisan tenaga di tempat ramai justru merasa penuh disini. tahun depan dan tahun" setelahnya, aku masih akan datang ke MIWF tentu saja. belum ada rencana jadi emerging writers. minimal tahun depan, aku udah berani tampil baca puisi. wkwk aku harap, thun depan aku bisa foto bareng kak theo. aku harap tahun depan temanku nambah lebih banyak lagi dibanding yg sekarang. aku nggak tahu apa aja yg bakal terjadi tahun ini antara aku dan perasaanku. asek. wkwkwkk

kenyataan dalam harap

aku lalu terbangun dengan sedikit tersentak menyadari betapa fana miliaran detik yang kita lewati. miliaran yang di dalamnya mengandung baaaanyak sekali kejadian. kita kira berat dan tak mampu melewatinya, tapi ternyata setelah ditinjau kembali, masalah itu kecil saja. kehilangan, ditinggalkan, harapan yang dipaksa padam. dan ada hati yang tercabik. semua disebabkan oleh manusia. lalu, ketika kita sudah menyadari bahwa dunia sesebentar ini, mengapa hawa nafsu diizinkan untuk selalu memegang kendali dalih ingin disemangati. ditemani menuju puncak. bersama. jika diteliti lagi lebih dalam, itu namanya bukan cinta. itu nafsu. itu keburukan yang dibiarkan menggerayang. mengizinkan perasaan dan tubuh menjadi tumbal. lalu apa? apakah setelah dirinya pergi, hidup kita tidak berarti lagi? apakah langit tidak berwarna biru lagi. apakah dirinya- adalah satu-satunya manusia yang mampu menyelamatkan hatimu? sayang, jangan terlalu naif. yang ditakdirkan untuk menjadi sekedar pelajaran, lepa...

bagaimana?

aku bersyukur untuk segala sesuatu yang tidak pernah ku paksa menjadi terlalu. dan untuk hati yang tidak kubiarkan condong dengan teramat.  aku berusaha menjauh dari segala yang berpotensi menyeret terlalu jauh. entahkah perasaan, keadaan, bahkan pertemuan-pertemuan singkat.  sebab ternyata, apa yang dipaksakan tidak akan berjalan dengan selaiknya. pertanyaan-pertanyaan yang menjamur di kepala, tentang, mengapa ia memilih jalan yang ada sekarang?  benar saja. waktu selalu menjadi pemberi kejutan paling ulung. pertanyaan-pertanyaan itu, terjawab tanpa pernah direncanakan sebelumnya. Terjawab, meski pertanyaan itu sendiri tetap mendekam di dalam kepala.  barangkali dirinya menyadari. menjelma tanda yang mungkin cukup kasat mata. dan untuk kesekian kali harap yang kuberi nyawa, semoga kita menjelma nyata. 

kenapa?

a da seseorang yang memilih abai terhadap cinta. bukan karena ia tidak punya rasa, tapi ia paham bahwa cinta terbaik pun butuh waktu yang tepat. dan saat ini, ia masih belum siap ada seseorang yang kadang merasa bingung dengan dirinya. Teman-teman nya yang lain sibuk memamerkan pasangan. sedangkan dirinya, masih berdaya walau sendiri. karena yang ia selalu yakini bahwa masih banyak hal yang belum selesai di dirinya. masih banyak hal yang mau ia tuju. ia tidak mau dihambat dan menjadi penghambat cita" orang lain. ia paham bahwa sepi adalah harga yang harus dibayar. tapi, lebih baik sepi karena tumbuh. dibanding ramai namun lekat dengan sakit hsti ia, percaya bahwa semua sudah di suratkan takdir. namun saat ini, tugasnya adalah belajar. tugasnya adalah, selesai dengan dirinya. agar suatu saat, ketika semesta menakdirkan nya bertemu seseorang yang akan menjadi dunianya, ia sudah siap. dan cukup kuat menghadapi seluruh badainya hingga ketika dia menjadi dunia bagi sepasang kaki mu...

siapa?

malam pada menit kesekian. yang membawaku berlayar keluar dari kepalaku. mengarah kepada nama yang saat ini menjelma teman untuk tiap ceritaku. dirinya, pendengar yang sangat baik. penenang yang lihai, dan semoga suatu saat, ia menjelma pemenang yang padanya kurebahkan langkah"ku. dirimu tau pasti namanya. 

apa?

percakapan yang kesekian. untuk waktu yang entah. kala kutanyakan hatiku, sedihkah ia kala suatu saat dirinya tak lagi menjelma? ah, pasti iya. namun kupastikan bahwa, aku tak akan pernah kehilangan diriku lagi

Abjad Nomor 6

  malam ini, bulan barangkali muncul diatas sana. tapi aku tidak mampu melihatnya. ia terhalang atap kamarku. boneka beruang berwarna pink menemani heningku. ah, tidak sepenuhnya hening. ada nothing-nya Bruno Major yang mengslun mewarnai damai yang muncul entah karena apa. entah, aku seperti kehilangan batas antara damai atau, distraksi? aku memikirkannya akhir-akhir ini. teramat. aku ingin bertanya, kira" dimana dirinya malam ini? apakah sedang bersantai dengan buku favoritnya sembari meminum kopi di teras rumah, atau sedang menonton sesuatu di dalam kamar? atau dia tengah bercengkrama dengan keluarganya? apapun itu, kuharap ia senantiasa dalam keadaan baik. semoga kesehatan selalu memayungi jiwanya, dan raganya. hahaha, rasanya aku bisa melihat senyumnya dari sini, di langit-langit kamarku, yang berjarak ratusan kilometer dari tempatnya saat ini. aku begitu bersyukur dipertemukan dengan dia. langit, aku rinduu kawan manusia mu yang menyebalkan itu. apakah disana, ia sedang me...