Langsung ke konten utama

kenyataan dalam harap

aku lalu terbangun dengan sedikit tersentak

menyadari betapa fana miliaran detik yang kita lewati.

miliaran yang di dalamnya mengandung baaaanyak sekali kejadian. kita kira berat dan tak mampu melewatinya, tapi ternyata setelah ditinjau kembali, masalah itu kecil saja.

kehilangan, ditinggalkan, harapan yang dipaksa padam. dan ada hati yang tercabik. semua disebabkan oleh manusia.
lalu, ketika kita sudah menyadari bahwa dunia sesebentar ini, mengapa hawa nafsu diizinkan untuk selalu memegang kendali

dalih ingin disemangati. ditemani menuju puncak. bersama.
jika diteliti lagi lebih dalam, itu namanya bukan cinta. itu nafsu. itu keburukan yang dibiarkan menggerayang. mengizinkan perasaan dan tubuh menjadi tumbal.

lalu apa?
apakah setelah dirinya pergi, hidup kita tidak berarti lagi? apakah langit tidak berwarna biru lagi. apakah dirinya- adalah satu-satunya manusia yang mampu menyelamatkan hatimu?

sayang, jangan terlalu naif. yang ditakdirkan untuk menjadi sekedar pelajaran, lepaskan. jangan melekat pada hal yang fana. sia-sia. jangan menjadi budak perasaanmu sendiri.

duniamu, ingat! dunia kita tetap baik-baik saja, meski tersisa hanya diri kita sendiri di dalamnya. itu jika kita telah mempersiapkan kehilangan" sebelumnya. sebab, pergi itu niscaya. bukan hanya dia, kita pun akan pergi jua. akan meninggalkan semua yang diberi kasih

asalnya, kita ini tidak ada. kemudian dijadikan ada untuk tidak tinggal terlalu lama. apapun itu, yang membuatmu merasa laksana pemiliknya, lepaaskan. atau, tinggalkan.

Hujan di Edinburgh. Semi di Netherlands. Senja di Seoul. tidakkah betapa luas semesta ini? hal-hql yang nampak di depan mata hanya sebagian paling kecilnyaa saja.

maka pada tulisan yang termaktub pada pukul 07.59 ini, aku ingin menulis beberapa harapku, :
1. aku ingin mengikuti workshop baking di Artani. bertemu kawan baru
2. aku ingin menjadi volunteer MIWF, bergaul para penulis dan Seniman. Berbincang dengan Hirah Sanada, Theorisia Rumthe, kemudian kak Aan dengan baju berwarna jingganya tak segan melemparkan candaan. juga ada Kak Tsana yang pertama kali datang dan jatuh cinta pada Makassar. Dan Ibu Suri, empu dari Aroma Karsa dan Perahu Kertas
3. Barangkali di sore itu, sedang 8 September. aku ingin menghadiahi puisi untuk diriku. puisi tentang harap yang mendekati nyata. dan membawaku menemukan hal paling indah pada tiap prosesnya
4. Aku berharap, semesta. Sendiri atau berdua, atau ramai, semoga hatiku tetap mampu merapal dan merasa syukur. selalu merasa penuh. tak kurang satu apapun

suatu saat, pangeran datang dari negeri antah berantah. dengan DSLR menggantung di lehernya. kacamata diatas kepala. ia memintaku, yang seorang peri.

ia memintaku menjadi teman perjalanannya. memaknai langit pada semua warna. mencintai panas hujan bahkan badai.

kemudian, ahh baiklah. di sela sebelum bertemu, aku ingin merayakan diriku berkali-kali lagi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

hope and darkness

Tidak, itu bukan mimpi. Masih jelas terbayang kejadian 12 tahun yang lalu. Kejadian yang kemudian membawaku mengarungi derita tak bertepi. Peristiwa demi peristiwa. Sampai rasanya hidupku ingin kuberi judul sekumpulan tragedi. Sesak nafasku, leher yang seperti dicekik oleh tangan tak kasat mata, makhluk bertanduk yang muncul dari kegelapan, serta yang paling membuat pilu adalah, mereka yang tak satupun mendengar jeritku, sedangkan suara tawanya mampu kudengar dengan jelas diluar sana. Tuhan, mengapa engkau menjadikanku ada untuk kau biarkan derita menenggelamkanku pada titik nadir? Adakah aku melakukan kesalahan yang tidak bisa Kau maafkan? Atau, semua ini adalah caramu menyayangiku? -dengan membentukku menjadi sekokoh karang, yang tidak lagi gentar meski arus kencang menerjangku dari semua arah. *** Acara launching buku perdanaku akhirnya selesai dengan lancar. Setelah menyiapkan naskah itu selama kurang lebih satu tahun, akhirnya tiba hari ini. Hari yang menjadi klimaks dari ragam up...

untuk : yang pernah singgah

Oktober 2024 “Aku pengen dia tahu kalo di belakangnya selalu ada aku yang berharap. Semoga dia didekatkan sama hal yang bisa bikin dia happy” tukasku, “meski selamanya hanya bisa memandang dari belakang” Ranya setengah mendengus dan setengah tertawa sinis. Seolah perkataanku barusan adalah materi stand up comedy yang bisa mengundang tawanya. “Perasaan memang asli bisa bkin seorang Kiara jadi cewek yang bego dan nggak tau malu” Sinis Ranya. Perempuan berkacamata ini memang banyak tahu tentangku. Ia selalu menjadi telinga untuk tiap kisah yang tak pernah bosan kuulang. Dan menjadi buku diary berbentuk manusia tempatku berbagi banyak hal menyenangkan dan sebaliknya. Sedangkan dia, yang menjadi orang terpenting dalam kisah ini, adalah sosok yang tak pernah ku bayangkan akan menjadi sepenting ini. Padahal, melalui masa-masa kuliah dengan tenang dan jauh dari segala bentuk drama adalah hal yang selalu ku harapkan sebelum menjadi mahasiswa. Namun perjalanan yang diamanatkan semesta membawa...

Kisah Baru di Penghujung Semester 4

  Jika tulisan memang punya semacam kekuatan magis untuk mengekalkan kenangan, maka malam ini,aku memilih untuk merilis perasaanku melalui kata. Izinkan aku berkisah tentang seseorang yang entah dengan cara apa akhirnya berhasil merebut perhatianku selama kurang lebih setahun terakhir. Sosoknya mengagumkan-setidaknya di mataku. Meski beberapa temanku pernah bertutur bahwa dirinya terlalu ‘biasa aja’ untuk disukai seorang Qalbi (mereka pikir setinggi apa sih standarku? Hahaha) Aku menemukannya kala sisi hatiku yang lain pun tengah mengagumi seseorang yang lain. Senior. 3 tahun lebih dewasa. Dan barangkali, tanpa kusebut pun namanya, dirimu sudah punya bayangan akan mengarah kemana. Tapi perasaaan ini, ditakdirkan kandas oleh semesta. Ternyata kakak senior-yang kujuluki pemilik mata teduh telah menyimpan seorang pawang dalam diamnya. Bisa apa diriku yang baru anak kemarin sore? Hanya bisa mengucapkan sepotong singkat kata ‘selamat’ kala dirinya di wisuda beberapa bulan yang lal...