Langsung ke konten utama

Kisah Baru di Penghujung Semester 4

 

Jika tulisan memang punya semacam kekuatan magis untuk mengekalkan kenangan, maka malam ini,aku memilih untuk merilis perasaanku melalui kata.

Izinkan aku berkisah tentang seseorang yang entah dengan cara apa akhirnya berhasil merebut perhatianku selama kurang lebih setahun terakhir. Sosoknya mengagumkan-setidaknya di mataku. Meski beberapa temanku pernah bertutur bahwa dirinya terlalu ‘biasa aja’ untuk disukai seorang Qalbi (mereka pikir setinggi apa sih standarku? Hahaha)

Aku menemukannya kala sisi hatiku yang lain pun tengah mengagumi seseorang yang lain. Senior. 3 tahun lebih dewasa. Dan barangkali, tanpa kusebut pun namanya, dirimu sudah punya bayangan akan mengarah kemana. Tapi perasaaan ini, ditakdirkan kandas oleh semesta. Ternyata kakak senior-yang kujuluki pemilik mata teduh telah menyimpan seorang pawang dalam diamnya.

Bisa apa diriku yang baru anak kemarin sore? Hanya bisa mengucapkan sepotong singkat kata ‘selamat’ kala dirinya di wisuda beberapa bulan yang lalu. Selepas itu,semua berlalu dan tak pernah lagi Nampak di depan mataku. Dirinya, dan perasaanku tentangnya.

Namun tak berlarut dalam sedih, ternyata hatiku terlalu cepat tertambat pada sosok yang lain. Serupa dirinya, namun kali ini perasaanku lebih sederhana. Kehilangan telah mengajarkanku banyak hal. Termasuk untuk tidak meletakkan kebahagiaan pada seorang manusia yang hatinya seringan kapas. Mudah dibolak-balik. Maka untuk kali ini, perasaanku tak kuizinkan disertai rasa ingin memiliki. Aku ingin perasaan ini berlabuh apa adanya. Tanpa paksaan. Tanpa settingan. Tanpa plot. Kubiarkan ia menemukan jawabannya sendiri. Meski entah kapan

Kawan, bagaimana bisa kudeskripsikan dirinya yang megah sekaligus terlampau sederhana? Aku yakin dia bukan tipe manusia pemuja pengakuan. Ia tidak membiarkan dirinya diperbudak citra. Tapi aku tahu,dirinya berbeda dari yang lain (bahkan sudah kurasakan hal ini kala pertama aku menemukannya di hari-hari pertama perkuliahan kami)

Tidak pernah ada hari spesial yang bisa kukenang tentang kami. Semua mengalir dengan jujur. Termasuk ketika kami beberapa kali dipertemukan dalam kegiatan yang sama. Kemudian sekali, dengan tanggung jawab yang sama. Di momen ini, perasaan yang awalnya hanya senang kemudian setingkat menjadi kagum. Lagi-lagi kagum pada kesederhanaannya. Pada tanggung jawabnya. Pada caranya menenangkan forum-dan menenangkanku meski mungkin ia tak bermaksud demikian. Dan bahkan mungkin jika dunia ini sudah terlalu riuh dan chaos, aku hanya butuh kehadirannya agar tenang mampu kudekap kembali.

            Waktu melaju kembali. Menuju akhir tahun 2024. Dirinya sempat menghilang. Tapi justru, perasaanku kian jelas di hadapanku. Aku merasa ada sesuatu yang kurang kala tak kudapati dia berlalu lalang di sekitar pandanganku. Aku merasa tidak lengkap. Dan tiba-tiba atas dasar yang tak kuketahui, perasaan ini berkembang menjadi sesuatu yang disebut rindu. Pantaskah aku merindukan seseorang yang tak punya ikatan emosional denganku?

Namun sejak hari itu, aku tak lagi denial  terhadap perasaanku. Dan dengan jujur mengakui bahwa mulai saat itu, isi tulisanku akan berputar atas dirinya. Dengan berbagai macam nama yang mengacu pada satu nama yang sama. Namanya. Berbilang waktu sampai hari ini. Malam ini. Harapku selalu sama. Wahai pemilik langit, tolong izinkan dia menemukan mimpi-mimpinya. Tolong cukupkan bahagia di hatinya. Tolong bersamai selalu langkahnya. Tolong jauhkan dia dari siapapun yang berpotensi membuatnya terluka.

Aku mengaguminya,lebih besar dari rasa yang kukira hanya sekadar. Meski ia tak pernah tahu,meski mungkin eksistensiku di matanya hanya serupa bintang diantara konstelasi yang mencakup triliunan bintang yang lain. Saat ini, perasaanku tak butuh diketahui. Aku ingin berharap untuknya dari kejauhan. Dari bangku baris kedua ruang kelasku. Sebagaimana dia yang tidak perlu melakukan apa-apa untuk membuatku bahagia,akupun tak akan pernah melakukan sesuatu untuk menarik perhatiannya.

Apa yang ditakdirkan untukku, akan selalu menemukan jalan untuk sampai padaku. Semoga dia adalah salah satu yang menjadi takdir tuhan,

Untukku.

***

            Ditulis dalam keadaan rindu. Suatu saat kala kembali kusapa tulisan ini, barangkali perasaanku telah berubah. Semakin jelas- atau mungkin memudar. Apapun itu,aku selalu mengharapkan mana saja yang terbaik untukku, untuk kami.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

untuk : yang pernah singgah

Oktober 2024 “Aku pengen dia tahu kalo di belakangnya selalu ada aku yang berharap. Semoga dia didekatkan sama hal yang bisa bikin dia happy” tukasku, “meski selamanya hanya bisa memandang dari belakang” Ranya setengah mendengus dan setengah tertawa sinis. Seolah perkataanku barusan adalah materi stand up comedy yang bisa mengundang tawanya. “Perasaan memang asli bisa bkin seorang Kiara jadi cewek yang bego dan nggak tau malu” Sinis Ranya. Perempuan berkacamata ini memang banyak tahu tentangku. Ia selalu menjadi telinga untuk tiap kisah yang tak pernah bosan kuulang. Dan menjadi buku diary berbentuk manusia tempatku berbagi banyak hal menyenangkan dan sebaliknya. Sedangkan dia, yang menjadi orang terpenting dalam kisah ini, adalah sosok yang tak pernah ku bayangkan akan menjadi sepenting ini. Padahal, melalui masa-masa kuliah dengan tenang dan jauh dari segala bentuk drama adalah hal yang selalu ku harapkan sebelum menjadi mahasiswa. Namun perjalanan yang diamanatkan semesta membawa...

hope and darkness

Tidak, itu bukan mimpi. Masih jelas terbayang kejadian 12 tahun yang lalu. Kejadian yang kemudian membawaku mengarungi derita tak bertepi. Peristiwa demi peristiwa. Sampai rasanya hidupku ingin kuberi judul sekumpulan tragedi. Sesak nafasku, leher yang seperti dicekik oleh tangan tak kasat mata, makhluk bertanduk yang muncul dari kegelapan, serta yang paling membuat pilu adalah, mereka yang tak satupun mendengar jeritku, sedangkan suara tawanya mampu kudengar dengan jelas diluar sana. Tuhan, mengapa engkau menjadikanku ada untuk kau biarkan derita menenggelamkanku pada titik nadir? Adakah aku melakukan kesalahan yang tidak bisa Kau maafkan? Atau, semua ini adalah caramu menyayangiku? -dengan membentukku menjadi sekokoh karang, yang tidak lagi gentar meski arus kencang menerjangku dari semua arah. *** Acara launching buku perdanaku akhirnya selesai dengan lancar. Setelah menyiapkan naskah itu selama kurang lebih satu tahun, akhirnya tiba hari ini. Hari yang menjadi klimaks dari ragam up...

MALAM DAN SATU SYUKUR YANG MEGAH

        Pada dasarnya, malam diciptakan untuk sebuah rasa lelah. Supaya manusia tahu bahwa kekuatan sebesar apapun masih bisa luruh. Bahwa ego setinggi apapun masih bisa runtuh.              Maka melalui malam kali ini, diriku kembali terbawa arus pikiran sendiri. Berbagai wajah, kejadian, aroma, maupun musik yang berkaitan dengan fase tertentu yang pernah kulalui terproyeksi satu persatu dari dalam sebuah kotak bernama kenangan. Entah apa maksud dan tujuannya. Padahal tidak ada momen apa-apa hari ini. Semua sempurna berjalan seperti biasanya.         Namun diantara banyak hal yang muncul secara acak dari dalam kepalaku yang ramai, ku temui satu syukur yang begitu megah. Mengingat betapa baiknya Tuhan merancang skenario kehidupan manusia, khususnya kehidupanku.