Langsung ke konten utama

Abjad Nomor 6

 malam ini, bulan barangkali muncul diatas sana. tapi aku tidak mampu melihatnya. ia terhalang atap kamarku. boneka beruang berwarna pink menemani heningku. ah, tidak sepenuhnya hening. ada nothing-nya Bruno Major yang mengslun mewarnai damai yang muncul entah karena apa.

entah, aku seperti kehilangan batas antara damai atau, distraksi?
aku memikirkannya akhir-akhir ini. teramat. aku ingin bertanya, kira" dimana dirinya malam ini? apakah sedang bersantai dengan buku favoritnya sembari meminum kopi di teras rumah, atau sedang menonton sesuatu di dalam kamar? atau dia tengah bercengkrama dengan keluarganya?

apapun itu, kuharap ia senantiasa dalam keadaan baik. semoga kesehatan selalu memayungi jiwanya, dan raganya. hahaha, rasanya aku bisa melihat senyumnya dari sini, di langit-langit kamarku, yang berjarak ratusan kilometer dari tempatnya saat ini.
aku begitu bersyukur dipertemukan dengan dia. langit, aku rinduu kawan manusia mu yang menyebalkan itu.
apakah disana, ia sedang memproyeksikan wajah ku juga di hadapannya? langit, kau begitu tahu harap ku. kerap kali aku terlalu takut menyuarakannya walau lirih. aku takut terjebak pada keadaan yang sama dengan sebelum-sebelumnya.

dia teramat berharga.
aku rindu dia hari ini. dan mungkin akan bertambah besok hari. jaga ia, lagi-lagi. naungi jiwanya dengan tenang-tenang yang melegakan. kuharap, walau seluruh dunia tidak memihak, ia tahu bahwa ia punya aku yang akan selalu mendukungnya menghidupi semua mimpi-mimpi keren itu.

tapi saat ini, langit, aku juga masih punya banyaaaaak sekali mimpi. aku mau punya bnyak uang. aku mau mengumrahkan mama dan iyek. aku mau ke Swiss, aku mau ke Edinburgh. aku mau merasakan baaaanyak skali hal indah yang ada di dunia ini.

bukan tidak penting. tapi, saat ini dia pun masih punya sesuatu yang sama pentingnya untuk dirinya sendiri. target-target 5 tahun kedepan seperti percakapan kami sore itu. aku ingin tetap ada, tanpa menjadi distraksinya. aku ingin saat ini kami menjadi tempat cerita paling nyaman untuk satu sama lain. saat ini, setahun kemudian, 5 tahun kemudian,
atau, selamanya saja bagaimana?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

hope and darkness

Tidak, itu bukan mimpi. Masih jelas terbayang kejadian 12 tahun yang lalu. Kejadian yang kemudian membawaku mengarungi derita tak bertepi. Peristiwa demi peristiwa. Sampai rasanya hidupku ingin kuberi judul sekumpulan tragedi. Sesak nafasku, leher yang seperti dicekik oleh tangan tak kasat mata, makhluk bertanduk yang muncul dari kegelapan, serta yang paling membuat pilu adalah, mereka yang tak satupun mendengar jeritku, sedangkan suara tawanya mampu kudengar dengan jelas diluar sana. Tuhan, mengapa engkau menjadikanku ada untuk kau biarkan derita menenggelamkanku pada titik nadir? Adakah aku melakukan kesalahan yang tidak bisa Kau maafkan? Atau, semua ini adalah caramu menyayangiku? -dengan membentukku menjadi sekokoh karang, yang tidak lagi gentar meski arus kencang menerjangku dari semua arah. *** Acara launching buku perdanaku akhirnya selesai dengan lancar. Setelah menyiapkan naskah itu selama kurang lebih satu tahun, akhirnya tiba hari ini. Hari yang menjadi klimaks dari ragam up...

untuk : yang pernah singgah

Oktober 2024 “Aku pengen dia tahu kalo di belakangnya selalu ada aku yang berharap. Semoga dia didekatkan sama hal yang bisa bikin dia happy” tukasku, “meski selamanya hanya bisa memandang dari belakang” Ranya setengah mendengus dan setengah tertawa sinis. Seolah perkataanku barusan adalah materi stand up comedy yang bisa mengundang tawanya. “Perasaan memang asli bisa bkin seorang Kiara jadi cewek yang bego dan nggak tau malu” Sinis Ranya. Perempuan berkacamata ini memang banyak tahu tentangku. Ia selalu menjadi telinga untuk tiap kisah yang tak pernah bosan kuulang. Dan menjadi buku diary berbentuk manusia tempatku berbagi banyak hal menyenangkan dan sebaliknya. Sedangkan dia, yang menjadi orang terpenting dalam kisah ini, adalah sosok yang tak pernah ku bayangkan akan menjadi sepenting ini. Padahal, melalui masa-masa kuliah dengan tenang dan jauh dari segala bentuk drama adalah hal yang selalu ku harapkan sebelum menjadi mahasiswa. Namun perjalanan yang diamanatkan semesta membawa...

Kisah Baru di Penghujung Semester 4

  Jika tulisan memang punya semacam kekuatan magis untuk mengekalkan kenangan, maka malam ini,aku memilih untuk merilis perasaanku melalui kata. Izinkan aku berkisah tentang seseorang yang entah dengan cara apa akhirnya berhasil merebut perhatianku selama kurang lebih setahun terakhir. Sosoknya mengagumkan-setidaknya di mataku. Meski beberapa temanku pernah bertutur bahwa dirinya terlalu ‘biasa aja’ untuk disukai seorang Qalbi (mereka pikir setinggi apa sih standarku? Hahaha) Aku menemukannya kala sisi hatiku yang lain pun tengah mengagumi seseorang yang lain. Senior. 3 tahun lebih dewasa. Dan barangkali, tanpa kusebut pun namanya, dirimu sudah punya bayangan akan mengarah kemana. Tapi perasaaan ini, ditakdirkan kandas oleh semesta. Ternyata kakak senior-yang kujuluki pemilik mata teduh telah menyimpan seorang pawang dalam diamnya. Bisa apa diriku yang baru anak kemarin sore? Hanya bisa mengucapkan sepotong singkat kata ‘selamat’ kala dirinya di wisuda beberapa bulan yang lal...