Langsung ke konten utama

menuju 6 esok

441.600 sekon menuju hari dimana semesta dimulai. entah aku menyebutnya bergerak maju atau mundur. sebab yang berkaitan dengan waktu selalu dipenuhi paradoks. bertambah-berkurang; maju-mundur. apakah dalam hal ini kita juga bisa mengatakan, tergantung dari perspektif mana kamu menilai? tapi wahai buana, bolehkah jika kali ini aku merepresentasikannya kedalam 6 huruf berkekuatan akbar ? mudah saja dieja. ringan dirapal lidah; syukur. tapi, apakah ketika ihwal menyapa diri, ia masih gampang pula dipakai dalam laku?

7659 kemarin. dan entah akan ada berapa lagi esok yang kauhadiahi padaku. rasa-rasanya, hidup ini terlalu baik. terlalu dermawan memberi. terlalu ikhlas diperlakukan begitu. andai jahat, mungkin sejak sekian lama kau memilih alpa. dihidupi oleh seorang manusia berinisial cahaya dan hati seperti pelak membuatmu harus berulang kali berkawan masalah. acap jatuh di lubang yang sama. kerap menyengaja luka yang pernah mendatanginya lalu – lalu. tapi sekali lagi, kau tetap patuh pada yang memberimu perintah untuk bermukim. sampai sejauh ini. sampai jutaan hela dan hembus napas, jutaan pompa di dalam arteri. detak tiap detik. dua tapak untuk ribuan langkah. serta tak terhitung banyaknya ingin yang pernah tersuara atau mengendap dalam hati saja.

jika semesta adalah manusia, pasti kau menjelma wanita berparas indah nan berhati luas. dan kau berkawan dengan wanita lainnya yang congkak. pongah. aku.

terimakasih, kosmos dan segala isi-isinya., mari berteman lebih lama lagi.

masih banyak tertawa yang ingin kupatri,

di wajahmu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

hope and darkness

Tidak, itu bukan mimpi. Masih jelas terbayang kejadian 12 tahun yang lalu. Kejadian yang kemudian membawaku mengarungi derita tak bertepi. Peristiwa demi peristiwa. Sampai rasanya hidupku ingin kuberi judul sekumpulan tragedi. Sesak nafasku, leher yang seperti dicekik oleh tangan tak kasat mata, makhluk bertanduk yang muncul dari kegelapan, serta yang paling membuat pilu adalah, mereka yang tak satupun mendengar jeritku, sedangkan suara tawanya mampu kudengar dengan jelas diluar sana. Tuhan, mengapa engkau menjadikanku ada untuk kau biarkan derita menenggelamkanku pada titik nadir? Adakah aku melakukan kesalahan yang tidak bisa Kau maafkan? Atau, semua ini adalah caramu menyayangiku? -dengan membentukku menjadi sekokoh karang, yang tidak lagi gentar meski arus kencang menerjangku dari semua arah. *** Acara launching buku perdanaku akhirnya selesai dengan lancar. Setelah menyiapkan naskah itu selama kurang lebih satu tahun, akhirnya tiba hari ini. Hari yang menjadi klimaks dari ragam up...

untuk : yang pernah singgah

Oktober 2024 “Aku pengen dia tahu kalo di belakangnya selalu ada aku yang berharap. Semoga dia didekatkan sama hal yang bisa bikin dia happy” tukasku, “meski selamanya hanya bisa memandang dari belakang” Ranya setengah mendengus dan setengah tertawa sinis. Seolah perkataanku barusan adalah materi stand up comedy yang bisa mengundang tawanya. “Perasaan memang asli bisa bkin seorang Kiara jadi cewek yang bego dan nggak tau malu” Sinis Ranya. Perempuan berkacamata ini memang banyak tahu tentangku. Ia selalu menjadi telinga untuk tiap kisah yang tak pernah bosan kuulang. Dan menjadi buku diary berbentuk manusia tempatku berbagi banyak hal menyenangkan dan sebaliknya. Sedangkan dia, yang menjadi orang terpenting dalam kisah ini, adalah sosok yang tak pernah ku bayangkan akan menjadi sepenting ini. Padahal, melalui masa-masa kuliah dengan tenang dan jauh dari segala bentuk drama adalah hal yang selalu ku harapkan sebelum menjadi mahasiswa. Namun perjalanan yang diamanatkan semesta membawa...

Kisah Baru di Penghujung Semester 4

  Jika tulisan memang punya semacam kekuatan magis untuk mengekalkan kenangan, maka malam ini,aku memilih untuk merilis perasaanku melalui kata. Izinkan aku berkisah tentang seseorang yang entah dengan cara apa akhirnya berhasil merebut perhatianku selama kurang lebih setahun terakhir. Sosoknya mengagumkan-setidaknya di mataku. Meski beberapa temanku pernah bertutur bahwa dirinya terlalu ‘biasa aja’ untuk disukai seorang Qalbi (mereka pikir setinggi apa sih standarku? Hahaha) Aku menemukannya kala sisi hatiku yang lain pun tengah mengagumi seseorang yang lain. Senior. 3 tahun lebih dewasa. Dan barangkali, tanpa kusebut pun namanya, dirimu sudah punya bayangan akan mengarah kemana. Tapi perasaaan ini, ditakdirkan kandas oleh semesta. Ternyata kakak senior-yang kujuluki pemilik mata teduh telah menyimpan seorang pawang dalam diamnya. Bisa apa diriku yang baru anak kemarin sore? Hanya bisa mengucapkan sepotong singkat kata ‘selamat’ kala dirinya di wisuda beberapa bulan yang lal...