Langsung ke konten utama

Suatu Malam di Penghujung November 2024

 

30 November 2024

Aku kembali menjejali rutinitas yang sama sejak beberapa bulan yang lalu aku mengabdikan diri menjadi seorang pengajar. Dan jika boleh jujur, aku tidak pernah benar-benar menginginkan rutinitas seperti ini. Semua terjadi karena keterpaksaan, bukan panggilan hati. Mungkin, itu pula sebabnya mengapa aku sangat sulit totalitas dalam menjalani semua ini.

Berbicara tentang perjalanan, atau hal yang mesti kita jalani dalam perjalanan hidup kita sebagai manusia. Banyak orang yang bilang bahwa menetapkana suatu goals itu perlu. Sama halnya ketika kita akan pergi ke suatu tempat, hidup bun butuh dengan yang namanya tujuan. Atau sederhananya, “apa yang kita cari”.

Menjalani aktivitas yang sama dari pagi ke pagi, belum lagi ketika kita terkungkung pada sesuatu yang tidak diminati. Rasanya antara menyebalkan dan menyedihkan. Menyebalkan karena kita merasa sulit menikmati tiap prosesnya, dan menyedihkan karena kita seakan tidak diberi pilihan untuk menentukan arah hidup kita sendiri.

Jujur, saat ini aku belum punya tujuan. Aku benar-benar belum punya gambaran mengenai masa depanku.

Yah, meskipun disaat yang sama aku tetap berusaha untuk tak kehilangan kesempatan untuk melakukan hal-hal yang kuinginkan. Seperti bergabung di komunitas, mengikuti pengkaderan UKM Riset, sesekali membuat konten tentang self love, dan tetap menjadi seorang Qalbi yang masih sering dikalah oleh moodnya sendiri.

Sebenarnya aku punya harap yang tak muluk. Aku hanya ingin punya banyak uang. Hahhaha. Ada banyak hal yang kuingin agar orangtuaku rasakan dari hasil keringatku sebagai anak yang selama ini menjadi beban utama bagi mereka (kurasa).

Jadi, aku berharap semoga Allah tidak pernah membiarkanku jalan sendiri, dan tersesat tanpa diberi petunjuk. Apapun yang terjadi saat ini, walau mungkin jauh dari segala yang sudah kurancang,

 Semoga hikmah yang terpendam itu dapat segera kutemukan. Pada keping-keping waktu yang masih Allah beri padaku, aku ingin menjadi seorang perempuan yang berdaya.

Suatu saat, aku ingin menjadi seorang ibu yang bisa menjadi rumah ternyaman untuk anak-anakku, dan tempat paling teduh untuk pasanganku.  Entah kapan, entah dengan siapa, entah dipertemukan dengan cara bagaimana. Aku berharap semoga Allah memasangkanku dengan seorang laki-laki shalih yang pembelajar, sehingga kami bisa sama-sama belajar seumur hidup. Seorang laki-laki yang akrab dengan kata berusaha, sebab hidup adalah tentang mengusahakan.

Saat ini,umurku 20 tahun. Harusnya sudah terhitung dewasa. Namun kurasa jiwa kanak-kanak itu masih betah berada di dalam sana sampai saat ini. Tidak mengapa.

Terakhir, semoga kedepannya aku semakin rajin dan konsisten. Tidak jadi beban, dan tidak lari-larian lagi.

Apapun yang terjadi, semoga itulah yang terbaik<3

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

untuk : yang pernah singgah

Oktober 2024 “Aku pengen dia tahu kalo di belakangnya selalu ada aku yang berharap. Semoga dia didekatkan sama hal yang bisa bikin dia happy” tukasku, “meski selamanya hanya bisa memandang dari belakang” Ranya setengah mendengus dan setengah tertawa sinis. Seolah perkataanku barusan adalah materi stand up comedy yang bisa mengundang tawanya. “Perasaan memang asli bisa bkin seorang Kiara jadi cewek yang bego dan nggak tau malu” Sinis Ranya. Perempuan berkacamata ini memang banyak tahu tentangku. Ia selalu menjadi telinga untuk tiap kisah yang tak pernah bosan kuulang. Dan menjadi buku diary berbentuk manusia tempatku berbagi banyak hal menyenangkan dan sebaliknya. Sedangkan dia, yang menjadi orang terpenting dalam kisah ini, adalah sosok yang tak pernah ku bayangkan akan menjadi sepenting ini. Padahal, melalui masa-masa kuliah dengan tenang dan jauh dari segala bentuk drama adalah hal yang selalu ku harapkan sebelum menjadi mahasiswa. Namun perjalanan yang diamanatkan semesta membawa...

hope and darkness

Tidak, itu bukan mimpi. Masih jelas terbayang kejadian 12 tahun yang lalu. Kejadian yang kemudian membawaku mengarungi derita tak bertepi. Peristiwa demi peristiwa. Sampai rasanya hidupku ingin kuberi judul sekumpulan tragedi. Sesak nafasku, leher yang seperti dicekik oleh tangan tak kasat mata, makhluk bertanduk yang muncul dari kegelapan, serta yang paling membuat pilu adalah, mereka yang tak satupun mendengar jeritku, sedangkan suara tawanya mampu kudengar dengan jelas diluar sana. Tuhan, mengapa engkau menjadikanku ada untuk kau biarkan derita menenggelamkanku pada titik nadir? Adakah aku melakukan kesalahan yang tidak bisa Kau maafkan? Atau, semua ini adalah caramu menyayangiku? -dengan membentukku menjadi sekokoh karang, yang tidak lagi gentar meski arus kencang menerjangku dari semua arah. *** Acara launching buku perdanaku akhirnya selesai dengan lancar. Setelah menyiapkan naskah itu selama kurang lebih satu tahun, akhirnya tiba hari ini. Hari yang menjadi klimaks dari ragam up...

MALAM DAN SATU SYUKUR YANG MEGAH

        Pada dasarnya, malam diciptakan untuk sebuah rasa lelah. Supaya manusia tahu bahwa kekuatan sebesar apapun masih bisa luruh. Bahwa ego setinggi apapun masih bisa runtuh.              Maka melalui malam kali ini, diriku kembali terbawa arus pikiran sendiri. Berbagai wajah, kejadian, aroma, maupun musik yang berkaitan dengan fase tertentu yang pernah kulalui terproyeksi satu persatu dari dalam sebuah kotak bernama kenangan. Entah apa maksud dan tujuannya. Padahal tidak ada momen apa-apa hari ini. Semua sempurna berjalan seperti biasanya.         Namun diantara banyak hal yang muncul secara acak dari dalam kepalaku yang ramai, ku temui satu syukur yang begitu megah. Mengingat betapa baiknya Tuhan merancang skenario kehidupan manusia, khususnya kehidupanku.