Langsung ke konten utama

✨πŸŒΈπŸ‘€



Haiiiii

Tumben aku belum tidur jam segini. Sepertinya efek minum sebotol kopi. Hehehe. But, entah kenapa malam ini aku tiba-tiba berpikir tentang muasal rasa nyaman.

Apakah nyaman itu dicari atau diciptakan?

Sebab seringkali, aku terlalu dini menilai bahwa seseorang mampu menciptakan kenyamanan hanya karena memandang penampilan atau personal brandingnya. Mungkin di sekitarnya, ia dikenal sebagai seseorang yang berwawasan luas dan pandai secara akademis. Namun ternyata, aku sendiri tidak menemukan kenyamanan pada orang tersebut.

Disisi lain, aku bertemu dengan sosok yang biasa-biasa saja. Ia jauh dari standar fisik idaman manusia pemuja good looking. Ia tidak pernah bercerita kepada dunia mengenai siapa dirinya. Ia tampil apa adanya. Dan sepertinya, ia bukan sosok yang gemar membangun citra.

Namun dari dia yang menjadi apa adanya, kenyamanan itu kutemukan dengan begitu mudah. Tak pernah kucari, tak perlu susah payah kubangun. Ia datang dengan sendirinya, kemudian tanpa kusadari ia tumbuh begitu subur meski selalu tak kuhiraukan.

Hmmm, sebenarnya semua deskripsi ini merujuk kepada satu nama. Entah suatu saat tulisan ini terbaca olehnya atau selamanya hanya akan menjadi luapan  perasaan dalam bentuk aksara yang tidak akan pernah sampai pada sosok yang dituju.

Malam ini, untuk pertama kalinya aku ingin menulis lagi. Menulis tanpa memaksa diriku sendiri. Aku benar-benar hanya ingin meluapkan perasaanku. Karena, dia sudah akan pergi. Mungkin, ini tahun terakhir aku bisa melihatnya.

Oleh karena itu, dari lubuk hati paling dalam aku berharap agar semesta suatu saat mempertemukan kami melalui skenario kebetulan. Semoga saja, sosokku masih memiliki tempat dalam ingatannya. Terselip di sela banyaknya manusia-manusia lain yang ia temui.

Tapi padanya, apakah aku penting?

Tapi, apakah juga penting untukku mengetahui perasaannya?

Satu tahun yang kurasa merayap begitu cepat. Kudapati bahwa sedikitpun dia belum beranjak dari tiap harapan-harapan yang kini mulai ku sematkan dalam doa. Doa-doa yang mulai berani. Entah apakah suatu saat akan ku selalu atau justru ku syukuri.

Yang kutahu, dia dan apa adanya dirinya telah membuatku menemukan sebuah kenyamanan pada percakapan 40 menit yang baru satu kali kami lakukan. Dia dan kematangannya. Dia dan tatap matanya yang menawarkan kehangatan. Dia dan gesturnya yang selalu tak bisa ku pahami. Dia dan tiap sapa yang selalu kurindukan tiap hari. Dia dan kesederhanaannya. Dia dan kehadirannya yang membuatku menulis malam ini.

Sedang apa ia sekarang?

Dan dimana?

Apakah sebelum benar-benar pergi, semesta masih bersedia memberikan kami 40 menit waktu untuk kembali duduk berhadapan dan berbicara tentang banyak hal? Apakah, suatu  saat aku punya kesempatan untuk bertanya mengapa selalu hanya aku yang ia sapa diantara teman-temanku yang lain? Atau kenapa ia selalu hadir disaat aku memutuskan untuk mulai menghilangkannya dari angan-anganku.

Katanya, ia akan wisuda tahun ini. Sisa dua bulan berarti. Selepas itu ia akan pergi melanjutkan langkahnya menuju tempat yang lebih tinggi. Aku yakin, suatu saat dia akan menjadi seseorang yang berpengaruh. Persis atau lebih dari doa dan harap yang pernah kutulis untuknya.

Dan meski enggan menulis ini, aku hanya ingin mengatakan bahwa meskipun suatu saat ia memilih orang lain menjadi takdirnya, aku tidak  akan pernah menyesali segala yang telah kutulis tentangnya.

Tanpa bicara, dia telah mengubahku menjadi seperti sekarang. Menjadi lebih kuat dan berani.

Terakhir, jika suatu saat kamu membaca tulisan ini, aku hanya ingin memberimu ucapan terimakasih. Untuk membuatku sadar bahwa kenyamanan ternyata bukan sesuatu yang diciptakan. Melainkan ditemukan. Terimakasih telah menjadi kamu  yang apa adanya. Terimakasih karena kamu yang pertamakali menyapa. Terimakasih karena sering membuatku salah paham atas sikapmu yang tidak berani ku terjemahkan.

Sekali lagi, semoga kebetulan-kebetulan suatu saat menemui kita. Aku ingin berbicara denganmu lagi. Aku butuh waktu 40 menit yang berlipat ganda. Aku ingin menghapus batas waktu ketika kau sedang ada di hadapanku, atau di sampingku.

Semoga bahagia selalu ya, Kak. Terimakasih untuk segalanya.

 

Biiii

Komentar

Postingan populer dari blog ini

untuk : yang pernah singgah

Oktober 2024 “Aku pengen dia tahu kalo di belakangnya selalu ada aku yang berharap. Semoga dia didekatkan sama hal yang bisa bikin dia happy” tukasku, “meski selamanya hanya bisa memandang dari belakang” Ranya setengah mendengus dan setengah tertawa sinis. Seolah perkataanku barusan adalah materi stand up comedy yang bisa mengundang tawanya. “Perasaan memang asli bisa bkin seorang Kiara jadi cewek yang bego dan nggak tau malu” Sinis Ranya. Perempuan berkacamata ini memang banyak tahu tentangku. Ia selalu menjadi telinga untuk tiap kisah yang tak pernah bosan kuulang. Dan menjadi buku diary berbentuk manusia tempatku berbagi banyak hal menyenangkan dan sebaliknya. Sedangkan dia, yang menjadi orang terpenting dalam kisah ini, adalah sosok yang tak pernah ku bayangkan akan menjadi sepenting ini. Padahal, melalui masa-masa kuliah dengan tenang dan jauh dari segala bentuk drama adalah hal yang selalu ku harapkan sebelum menjadi mahasiswa. Namun perjalanan yang diamanatkan semesta membawa...

hope and darkness

Tidak, itu bukan mimpi. Masih jelas terbayang kejadian 12 tahun yang lalu. Kejadian yang kemudian membawaku mengarungi derita tak bertepi. Peristiwa demi peristiwa. Sampai rasanya hidupku ingin kuberi judul sekumpulan tragedi. Sesak nafasku, leher yang seperti dicekik oleh tangan tak kasat mata, makhluk bertanduk yang muncul dari kegelapan, serta yang paling membuat pilu adalah, mereka yang tak satupun mendengar jeritku, sedangkan suara tawanya mampu kudengar dengan jelas diluar sana. Tuhan, mengapa engkau menjadikanku ada untuk kau biarkan derita menenggelamkanku pada titik nadir? Adakah aku melakukan kesalahan yang tidak bisa Kau maafkan? Atau, semua ini adalah caramu menyayangiku? -dengan membentukku menjadi sekokoh karang, yang tidak lagi gentar meski arus kencang menerjangku dari semua arah. *** Acara launching buku perdanaku akhirnya selesai dengan lancar. Setelah menyiapkan naskah itu selama kurang lebih satu tahun, akhirnya tiba hari ini. Hari yang menjadi klimaks dari ragam up...

MALAM DAN SATU SYUKUR YANG MEGAH

        Pada dasarnya, malam diciptakan untuk sebuah rasa lelah. Supaya manusia tahu bahwa kekuatan sebesar apapun masih bisa luruh. Bahwa ego setinggi apapun masih bisa runtuh.              Maka melalui malam kali ini, diriku kembali terbawa arus pikiran sendiri. Berbagai wajah, kejadian, aroma, maupun musik yang berkaitan dengan fase tertentu yang pernah kulalui terproyeksi satu persatu dari dalam sebuah kotak bernama kenangan. Entah apa maksud dan tujuannya. Padahal tidak ada momen apa-apa hari ini. Semua sempurna berjalan seperti biasanya.         Namun diantara banyak hal yang muncul secara acak dari dalam kepalaku yang ramai, ku temui satu syukur yang begitu megah. Mengingat betapa baiknya Tuhan merancang skenario kehidupan manusia, khususnya kehidupanku.