Haiiiii
Tumben aku belum tidur jam
segini. Sepertinya efek minum sebotol kopi. Hehehe. But, entah kenapa malam ini
aku tiba-tiba berpikir tentang muasal rasa nyaman.
Apakah nyaman itu dicari atau
diciptakan?
Sebab seringkali, aku terlalu
dini menilai bahwa seseorang mampu menciptakan kenyamanan hanya karena
memandang penampilan atau personal brandingnya. Mungkin di sekitarnya, ia
dikenal sebagai seseorang yang berwawasan luas dan pandai secara akademis. Namun
ternyata, aku sendiri tidak menemukan kenyamanan pada orang tersebut.
Disisi lain, aku bertemu dengan
sosok yang biasa-biasa saja. Ia jauh dari standar fisik idaman manusia pemuja good
looking. Ia tidak pernah bercerita kepada dunia mengenai siapa dirinya. Ia tampil
apa adanya. Dan sepertinya, ia bukan sosok yang gemar membangun citra.
Namun dari dia yang menjadi apa
adanya, kenyamanan itu kutemukan dengan begitu mudah. Tak pernah kucari, tak
perlu susah payah kubangun. Ia datang dengan sendirinya, kemudian tanpa
kusadari ia tumbuh begitu subur meski selalu tak kuhiraukan.
Hmmm, sebenarnya semua deskripsi
ini merujuk kepada satu nama. Entah suatu saat tulisan ini terbaca olehnya atau
selamanya hanya akan menjadi luapan
perasaan dalam bentuk aksara yang tidak akan pernah sampai pada sosok
yang dituju.
Malam ini, untuk pertama kalinya
aku ingin menulis lagi. Menulis tanpa memaksa diriku sendiri. Aku benar-benar
hanya ingin meluapkan perasaanku. Karena, dia sudah akan pergi. Mungkin, ini
tahun terakhir aku bisa melihatnya.
Oleh karena itu, dari lubuk hati
paling dalam aku berharap agar semesta suatu saat mempertemukan kami melalui skenario
kebetulan. Semoga saja, sosokku masih memiliki tempat dalam ingatannya. Terselip
di sela banyaknya manusia-manusia lain yang ia temui.
Tapi padanya, apakah aku penting?
Tapi, apakah juga penting untukku
mengetahui perasaannya?
Satu tahun yang kurasa merayap
begitu cepat. Kudapati bahwa sedikitpun dia belum beranjak dari tiap harapan-harapan
yang kini mulai ku sematkan dalam doa. Doa-doa yang mulai berani. Entah apakah
suatu saat akan ku selalu atau justru ku syukuri.
Yang kutahu, dia dan apa adanya
dirinya telah membuatku menemukan sebuah kenyamanan pada percakapan 40 menit
yang baru satu kali kami lakukan. Dia dan kematangannya. Dia dan tatap matanya
yang menawarkan kehangatan. Dia dan gesturnya yang selalu tak bisa ku pahami. Dia
dan tiap sapa yang selalu kurindukan tiap hari. Dia dan kesederhanaannya. Dia dan
kehadirannya yang membuatku menulis malam ini.
Sedang apa ia sekarang?
Dan dimana?
Apakah sebelum benar-benar pergi,
semesta masih bersedia memberikan kami 40 menit waktu untuk kembali duduk berhadapan
dan berbicara tentang banyak hal? Apakah, suatu
saat aku punya kesempatan untuk bertanya mengapa selalu hanya aku yang
ia sapa diantara teman-temanku yang lain? Atau kenapa ia selalu hadir disaat
aku memutuskan untuk mulai menghilangkannya dari angan-anganku.
Katanya, ia akan wisuda tahun ini.
Sisa dua bulan berarti. Selepas itu ia akan pergi melanjutkan langkahnya menuju
tempat yang lebih tinggi. Aku yakin, suatu saat dia akan menjadi seseorang yang
berpengaruh. Persis atau lebih dari doa dan harap yang pernah kutulis untuknya.
Dan meski enggan menulis ini, aku
hanya ingin mengatakan bahwa meskipun suatu saat ia memilih orang lain menjadi takdirnya,
aku tidak akan pernah menyesali segala
yang telah kutulis tentangnya.
Tanpa bicara, dia telah mengubahku
menjadi seperti sekarang. Menjadi lebih kuat dan berani.
Terakhir, jika suatu saat kamu
membaca tulisan ini, aku hanya ingin memberimu ucapan terimakasih. Untuk
membuatku sadar bahwa kenyamanan ternyata bukan sesuatu yang diciptakan. Melainkan
ditemukan. Terimakasih telah menjadi kamu
yang apa adanya. Terimakasih karena kamu yang pertamakali menyapa. Terimakasih
karena sering membuatku salah paham atas sikapmu yang tidak berani ku
terjemahkan.
Sekali lagi, semoga kebetulan-kebetulan
suatu saat menemui kita. Aku ingin berbicara denganmu lagi. Aku butuh waktu 40
menit yang berlipat ganda. Aku ingin menghapus batas waktu ketika kau sedang
ada di hadapanku, atau di sampingku.
Semoga bahagia selalu ya, Kak.
Terimakasih untuk segalanya.
Biiii
Komentar
Posting Komentar