Dari
sebuah bingkai jendela kecil, aku memperhatikan sisi luar perpustakaan yang
menampilkan orang-orang dengan kesibukan yang berbeda. Beberapa sepeda motor
terlihat melaju menerobos hujan yang kian menderas, beberapa orang ada yang
beranjak mencari tempat yang nyaman untuk berteduh, sedangkan beberapa yang lain
terlihat memenuhi koridor yang tidak lagi lengang.
Sedikit
lucu ketika seseorang selalu menanti turunnya hujan, namun justru segera lari
dan bersembunyi ketika hujan datang. Sama seperti, kau selalu menunggu hadirnya
seseorang. Namun justru memilih pergi ketika ia telah datang.
Hujan.
Entah
mengapa, hujan selalu bisa mengubah suasana menjadi diselimuti sendu. Entahkah
karena kedatangannya yang membuat langit menjadi kelabu, atau karena aroma
petrikor yang menguar disaat jutaan rinai itu menyentuh tanah.
Sekejap,
masa-masa semester satu seperti terproyeksi kembali di hadapanku. Masa ketika
ada sesuatu yang bersemi tanpa sengaja, kemudian ternyata terus tumbuh dengan
subur hingga detik ini. Aku tidak tahu apa yang sulit dari kata melupakan, sama
tidak tahunya mengapa hujan dan lagu John Mayer selalu kuidentikkan dengan nama
seseorang.
Seseorang yang selalu ingin kujaga
dalam doa, dan kuharapkan agar selalu didekatkan dengan hal-hal baik yang membuatnya
bahagia, agar ia tetap leluasa berkelana, menjadi sosok yang membawa manfaat
bagi banyak orang diluar sana.
Komentar
Posting Komentar