Langsung ke konten utama

Kembali Ke Rumah












Hari ini aku berada di Bululampang. Berangkat dri makassar kemarin siang dgn dibonceng saudari Rifqah Mawarni bersama Jimbo, Salwa, dan Nawar. Dan rencana akan meninggalkan tempat ini besok shubuh (kalo bangun cepat🤣).

Berada di Bululampang, yang notabenenya adalah tempatku menghabiskan hari-hari 3 tahun terakhir ini membuatku merasakan sensasi pulang ke rumah.

Ada rasa rindu yang menyeruak. Tiap kali menyaksikan rutinitas di pondok yang tak berubah sejak dahulu. Ada rasa damai menyelusup, tiap kali toa Mushallah memperdengarkan lantunan sholawat dan ayat suci beberapa saat sebelum masuk waktu sholat.

Btw, kami kesini karena acara Milad Akbar DDI yang ke-85 tahun yang dilaksanakan secara nasional. Dihadiri oleh berbagai pondok DDI yang tersebar luas di penjuru negeri. Membuktikan bahwa DDI tak sekedar nama. Namun ia selalu hidup di dalam hati orang-orang yang mengabdikan dirinya sebagai murid AGH. Abd. Ambo Dalle.

Tadi udah penutupan milad, dan Alhamdulillah bersyukuĆŗuuuuuur banget sebab aku masih punya kesempatan untuk bertemu dengan ustad Munir, dan masih bisa berfoto dengan beliau.

Ustad Munir sendiri adalah sosok spesial bagiku. Sampai sekarang, belum kutemui guru yang sangat mudah kupahami penjelasannya atas tiap pertanyaan mengenai hal yang rumit semudah penjelasan dari Ustad Munir.

Beliau pernah menjadi alasan untuk diriku melanjutkan kuliah di Ma'had Aly DDI Mangkoso, dengan pertimbangan bahwa belum tentu ku temukan lagi guru sehebat beliau diluar lingkup DDI. Namun takdir tetap mengatakan bahwa aku berkuliah di UIN Alauddin Makassar.

Aku sangat senang berada di Bululampang. Merasakan kembali bagaimana serunya tidur di asrama, lambat bangun pagi yang berujung diomeli pembina, mengantri WC dengan adik-adik di asrama, makan di warbel, ke Mangkoso beli minuman dan nasi goreng yang dulu selalu di beli, ahh seseru itu pokoknya.

Dan kali ini menurutku lebih seru karena kami datang sebagai alumni. Jadi bebas menggunakan hp dan motor, serta tidak terikat peraturan pondok lagi.

Hmm apalagi yah......
Eh tdi pas ke warbel, Kak Ana 'penjaga warbel' bertanya, "Qalbi sekarang kuliah dimana?", membuatku sedikit merasa tersanjung karena ternyata Kak Ana tahu namaku, bahkan masih mengingatnya!. Aku jadi sedikit merasa bersalah karena saat masih jdi santri, aku memendam perasaan tak suka kepada Kak Ana karena menurutku dia ini jutek saat melayani pembeli. Wkwk.

Aku juga udah ketemu guru-guru MA, Pak Herman, udah ketemu Hanin dan Hanif (Entan Payong), sekarang mereka berdua udah gede 😭. Ku baru menyadari bahwa waktu satu tahun itu lumayan panjang juga.

Besok shubuh kami sudah pulang. Dan, sepertinya butuh waktu lama untuk aku bisa berada di tempat ini lagi :'). Entah kapan lagi. Entah pada momen apa lagi. Tapi aku berharap untuk selalu lekat dengan DDI.

Sejak kali pertama aku menginjakkan kakiku di tanah Mangkoso 5 tahun lalu, maka aku selalu bersedia mengabdikan diriku disini. Menjadi bagian dari DDI. Dan selalu menjadi santriwati yang mengharap berkah dari guru dan pembina kami.

Harapku, semoga suatu saat aku masih punya waktu dan kesempatan untuk kembali kesini. Ke Rumah ini. Msih bisa bertemu sosok-sosok penting, dan....semoga masih bisa ketemu dengan ustad Munir. Aamiiiinnn.

(Harapku saat ini, semoga suatu saat kalo aku nikah, ustad munir bisa datang dan memberi nasehat pernikahan di acaraku. Aamiiinnnnn)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

untuk : yang pernah singgah

Oktober 2024 “Aku pengen dia tahu kalo di belakangnya selalu ada aku yang berharap. Semoga dia didekatkan sama hal yang bisa bikin dia happy” tukasku, “meski selamanya hanya bisa memandang dari belakang” Ranya setengah mendengus dan setengah tertawa sinis. Seolah perkataanku barusan adalah materi stand up comedy yang bisa mengundang tawanya. “Perasaan memang asli bisa bkin seorang Kiara jadi cewek yang bego dan nggak tau malu” Sinis Ranya. Perempuan berkacamata ini memang banyak tahu tentangku. Ia selalu menjadi telinga untuk tiap kisah yang tak pernah bosan kuulang. Dan menjadi buku diary berbentuk manusia tempatku berbagi banyak hal menyenangkan dan sebaliknya. Sedangkan dia, yang menjadi orang terpenting dalam kisah ini, adalah sosok yang tak pernah ku bayangkan akan menjadi sepenting ini. Padahal, melalui masa-masa kuliah dengan tenang dan jauh dari segala bentuk drama adalah hal yang selalu ku harapkan sebelum menjadi mahasiswa. Namun perjalanan yang diamanatkan semesta membawa...

hope and darkness

Tidak, itu bukan mimpi. Masih jelas terbayang kejadian 12 tahun yang lalu. Kejadian yang kemudian membawaku mengarungi derita tak bertepi. Peristiwa demi peristiwa. Sampai rasanya hidupku ingin kuberi judul sekumpulan tragedi. Sesak nafasku, leher yang seperti dicekik oleh tangan tak kasat mata, makhluk bertanduk yang muncul dari kegelapan, serta yang paling membuat pilu adalah, mereka yang tak satupun mendengar jeritku, sedangkan suara tawanya mampu kudengar dengan jelas diluar sana. Tuhan, mengapa engkau menjadikanku ada untuk kau biarkan derita menenggelamkanku pada titik nadir? Adakah aku melakukan kesalahan yang tidak bisa Kau maafkan? Atau, semua ini adalah caramu menyayangiku? -dengan membentukku menjadi sekokoh karang, yang tidak lagi gentar meski arus kencang menerjangku dari semua arah. *** Acara launching buku perdanaku akhirnya selesai dengan lancar. Setelah menyiapkan naskah itu selama kurang lebih satu tahun, akhirnya tiba hari ini. Hari yang menjadi klimaks dari ragam up...

MALAM DAN SATU SYUKUR YANG MEGAH

        Pada dasarnya, malam diciptakan untuk sebuah rasa lelah. Supaya manusia tahu bahwa kekuatan sebesar apapun masih bisa luruh. Bahwa ego setinggi apapun masih bisa runtuh.              Maka melalui malam kali ini, diriku kembali terbawa arus pikiran sendiri. Berbagai wajah, kejadian, aroma, maupun musik yang berkaitan dengan fase tertentu yang pernah kulalui terproyeksi satu persatu dari dalam sebuah kotak bernama kenangan. Entah apa maksud dan tujuannya. Padahal tidak ada momen apa-apa hari ini. Semua sempurna berjalan seperti biasanya.         Namun diantara banyak hal yang muncul secara acak dari dalam kepalaku yang ramai, ku temui satu syukur yang begitu megah. Mengingat betapa baiknya Tuhan merancang skenario kehidupan manusia, khususnya kehidupanku.