Langsung ke konten utama

W A K T U


Waktu beranjak cepat. Melesat dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba, kita sudah (beranjak) sedewasa ini. 

Rasa-rasanya, baru beberapa waktu yang lalu kita berangkat ke madrasah setiap pagi dengan setelan merah putih. 

Rasanya, baru beberapa waktu yang lalu kita merasakan hangatnya bangku kelas dengan pakaian putih biru. Mulai berkenalan dengan pelanggaran-pelanggaran kecil, yang berakhir dengan wejangan di dalam ruangan guru BK.

Rasa-rasanya, baru kemarin kita merasa sudah bebas ketika memasuki ranah sweet seventeen yang ceria. Merasa tak boleh lagi dikekang, sebab sudah berbalut putih abu-abu. 

Sekarang, kita sudah menyelesaikan 12 tahun pendidikan formal. Cukup kenyang dengan segala peraturan formal yang dirasa memuakkan.

Ini saatnya kita bebas- ucap kita berulangkali pada diri sendiri.

Tapi, sesekali kita didatangi rasa cemas. Entah karena apa. Namun aku menyimpulkannya sebagai rasa tidak siap menghadapi era kebebasanv. Karena

Untuk pertama kalinya, kita "dilepas" untuk menyaksikan sendiri bagaimana permainan dunia yang sebenarnya.

Untuk pertama kalinya, kita diberi kendali sepenuhnya untuk mengarahkan langkah.

Untuk pertama kalinya pula, kontrol itu diserahkan langsung pada diri kita.

Pada akhirnya,

Semoga kita semua mampu menghadapi fase ini dengan baik. Semoga, kita tak pernah memilih jalan yang salah. Semoga, kesuksesanlah yang menjadi akhir perjuangan kita.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

untuk : yang pernah singgah

Oktober 2024 “Aku pengen dia tahu kalo di belakangnya selalu ada aku yang berharap. Semoga dia didekatkan sama hal yang bisa bikin dia happy” tukasku, “meski selamanya hanya bisa memandang dari belakang” Ranya setengah mendengus dan setengah tertawa sinis. Seolah perkataanku barusan adalah materi stand up comedy yang bisa mengundang tawanya. “Perasaan memang asli bisa bkin seorang Kiara jadi cewek yang bego dan nggak tau malu” Sinis Ranya. Perempuan berkacamata ini memang banyak tahu tentangku. Ia selalu menjadi telinga untuk tiap kisah yang tak pernah bosan kuulang. Dan menjadi buku diary berbentuk manusia tempatku berbagi banyak hal menyenangkan dan sebaliknya. Sedangkan dia, yang menjadi orang terpenting dalam kisah ini, adalah sosok yang tak pernah ku bayangkan akan menjadi sepenting ini. Padahal, melalui masa-masa kuliah dengan tenang dan jauh dari segala bentuk drama adalah hal yang selalu ku harapkan sebelum menjadi mahasiswa. Namun perjalanan yang diamanatkan semesta membawa...

hope and darkness

Tidak, itu bukan mimpi. Masih jelas terbayang kejadian 12 tahun yang lalu. Kejadian yang kemudian membawaku mengarungi derita tak bertepi. Peristiwa demi peristiwa. Sampai rasanya hidupku ingin kuberi judul sekumpulan tragedi. Sesak nafasku, leher yang seperti dicekik oleh tangan tak kasat mata, makhluk bertanduk yang muncul dari kegelapan, serta yang paling membuat pilu adalah, mereka yang tak satupun mendengar jeritku, sedangkan suara tawanya mampu kudengar dengan jelas diluar sana. Tuhan, mengapa engkau menjadikanku ada untuk kau biarkan derita menenggelamkanku pada titik nadir? Adakah aku melakukan kesalahan yang tidak bisa Kau maafkan? Atau, semua ini adalah caramu menyayangiku? -dengan membentukku menjadi sekokoh karang, yang tidak lagi gentar meski arus kencang menerjangku dari semua arah. *** Acara launching buku perdanaku akhirnya selesai dengan lancar. Setelah menyiapkan naskah itu selama kurang lebih satu tahun, akhirnya tiba hari ini. Hari yang menjadi klimaks dari ragam up...

MALAM DAN SATU SYUKUR YANG MEGAH

        Pada dasarnya, malam diciptakan untuk sebuah rasa lelah. Supaya manusia tahu bahwa kekuatan sebesar apapun masih bisa luruh. Bahwa ego setinggi apapun masih bisa runtuh.              Maka melalui malam kali ini, diriku kembali terbawa arus pikiran sendiri. Berbagai wajah, kejadian, aroma, maupun musik yang berkaitan dengan fase tertentu yang pernah kulalui terproyeksi satu persatu dari dalam sebuah kotak bernama kenangan. Entah apa maksud dan tujuannya. Padahal tidak ada momen apa-apa hari ini. Semua sempurna berjalan seperti biasanya.         Namun diantara banyak hal yang muncul secara acak dari dalam kepalaku yang ramai, ku temui satu syukur yang begitu megah. Mengingat betapa baiknya Tuhan merancang skenario kehidupan manusia, khususnya kehidupanku.