Ia sudah sempro. Kemarin.
Itu berarti, ia pun sudah hampir menghilang dari jagad kampus. Dan itu berarti pula, aku akan segera kehilangan salah satu orang yang kujuluki orang paling baik di dunia ini.
Aku benci pertemuan.
Aku tak suka kedekatan dan keakraban.
Aku ingin menjauh dari segala macam perasaan.
Kalau pada akhirnya berpisah adalah satu-satunya jalan agar hidup kami tetap berjalan dan mimpi kami tetap menyala, mungkin lebih baik untuk tak saling mengenal terlalu dalam.
Cukup sekedar. Tahu bahwa di dunia ini ada seseorang yang bernama kamu.
Andai kenyataan se-luwes itu. Andai perasaan bisa diatur sedemikian mudah.
Tunggu! Aku bukan mengingkari takdir. Aku, tak sedang mengungkapkan kebencian pada kata pisah. Namun perasaan sesak, rasa kehilangan, rasa seolah-olah ada sesuatu yang tercerabut paksa dari kita, adalah perasaan yang benar-benar tidak nyaman.
Bagaimana caranya agar ia tak lagi datang?
Apakah, menutup diri adalah sebenarnya solusi? Atau hanya sekedar bentuk pelarian diri yang sebenarnya cukup bodoh untuk dijadikan pilihan?
Ah, diluar sedang hujan. Tirai jendela yang terbuka menampilkan jutaaan rinainya. Andai saja manusia bisa serela rintik hujan. Berkali-kali jatuh, namun ia tetap kembali.
Beda sama manusia. Berkali-kali jatuh, ia justru makin kencang berlari. Dasar manusia. Dasar perasaan. Dasar aku.
Tolong jangan bodoh untuk kesekian kalinya.
Siang; Sehari sebelum hari terakhir di 2023,
Bii
Komentar
Posting Komentar