Langsung ke konten utama

Di Masa Depan Bakal Jadi Apa?

 Ahad, 10 Desember 23

At : Kost nya Habiba


2 hari tanpa Igeee 🙃. Hmm, rasanya sangat tenang bestiiih. Rasanya, separuh bebanku hilang karena tidak ada Instagram. Wkwk. Entahlah, apakah aku bisa mencapai target seminggu atau tidak. Yang pasti, dua hari ini aku merasa lebih produktif dibanding hari-hari yang lalu. 

Hari ini hari Minggu. Libur terakhir sebelum besok di hari Senin harus ngampus kembali. Hari ini nggak ada yang spesial, kecuali kedua ortuku plus Hanum yang datang berkunjung, juga karena sekalian besok Mama mau ke rumah sakit untuk berobat.

Tadi, mama memberitahu bahwa seseorang menawariku sebuah pekerjaan. Katanya, sebuah lembaga sedang membutuhkan orang untuk mengajar baca tulis kepada anak-anak disana. Mama bertanya kesanggupanku, lalu ku iyakan. Dan entahlah, bagaimana lagi kelanjutannya.

Meskipun ini hari libur, ba'da ashar tadi aku tetap ke kampus karena sedang ada kegiatan lomba. Meski sedang hujan, aku tetap tidak bisa menahan diriku untuk terkurung dirumah. Sebenarnya, hal ini juga yang membuatku bingung mengenai diriku yang sebenarnya introvert atau ekstrovert? 😆

Di satu sisi, aku orang yang tidak gampang bergaul dengan seseorang, pun seringkali kesulitan mengeluarkan uneg-uneg yang ada di kepalaku, namun disisi lain aku suka bersosialisasi. Aku suka berada di tengah orang banyak, menyaksikan mereka, dan mungkin sesekali bisa berinteraksi dengan mereka.

Nah, sesampai di kampus, ternyata pertandingan belum dimulai. Kami akhirnya menunggu beberapa menit sebelum pertandingan tarik tambang, dan hasilnya, kelasku-R1.23 berhasil meraih juara dua. Sedikit kecewa sih, karena bukan juara 1. Tapi bersyukur juga karena setidaknya dapat juara 2.

Setelah itu, disinilah aku sekarang! Transit di kostannya Habiba, karena ba'da Isya aku akan ke Bc untuk latihan teater.

Bagaimana? Aku sudah terlihat sibuk belum? 😄. Ya, memang sengaja sih aku ikut kepanitiaan dan bergabung dalam penampilan teater, karena aku ingin berperan sedini mungkin di perkuliahan ini. Aku ingin dikenal. Aku ingin orang-orang tahu kalo di dunia ini ada seseorang yang bernama Qalbi, dan ia punya kemampuan.

Hmmm, terdengar sangat ambis nggak sih? 🙃. Tapi ya, mau gimana lagi? Emang tujuan kuliah gitu kan? Kita harus mengejar nilai bagus, berusaha untuk jadi mahasiswa yang seaktif mungkin, supaya hasil kuliahnya nggak sekedar ijazah dengan nilai yang pas-pas an. Tapi juga disertai dengan skill yang semakin mumpuni, dan kemampuan di bidang lain di luar jurusan yang diambil.

Berbicara tentang kuliah, nih. Sebenarnya aku juga bukan tipe mahasiswa yang ambis pake bangett. Tapi bukan juga tipe mahasiswa yang bodo amat. Meski harus menjalani 4 tahun kuliah berkutat pada jurusan yang tak kuinginkan, aku tetap excited datang ke kampus. Aku tetap excited mengikuti segala prosesnya. Apakah aku cinta belajar? Ah tidak juga. Yang paling menarik dari kuliah bagiku adalah orang-orang yang ditemui. Serta sistem belajar yang sedikit-sedikit presentasi, membuatku merasa bahwa, kuliah memang menyenangkan.

Terlepas dari aku yang masih belum rela melepas Ilkom, aku tetap senang menjalani hari-hariku sebagai mahasiswi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Alauddin Makassar.

Meskipun kedepannya aku tak tahu akan jadi apa. Akan kerja dimana. Atau akan mendapat uang darimana. Semakin kesini, cita-citaku semakin samar. Sangat berbeda dari masa-masa SMP, apalagi masa-masa SD ketika aku selalu dengan percaya diri menyebut dokter setiap kali aku ditujukan pertanyaan mengenai cita-cita.

Pemikiran tentang akan jadi apa aku di masa depan mulai muncul cukup sering akhir-akhir ini. Terlebih lagi ketika aku menyadari bahwa kedua orangtuaku semakin menua. Dan aku adalah sulung dari kedua adikku. Satu hari di masa depan, mau tak mau akulah yang akan menjadi tulang punggung bagi mereka berdua. Antara langsung kerja atau lanjut S2, aku sama sekali belum mendapat gambaran apa-apa. Untuk lanjut S2 pun, aku tak tahu akan dapat uangnya darimana. 

Sesusah ini ternyata berada di fase beranjak dewasa. Segala hal yang selama ini tak pernah terpikirkan, kini justru yang selalu menemaniku di kala sepi. Belum lagi, masalah-masalah ringan lainnya yang juga seringkali mengganggu fokusku. Masalah perasaan. Perihal suka menyukai. Sungguh, aku menyesal menyukai seseorang. Aku ingin menjadi pribadi santuy yang acuh terhadap permasalahan asmara.

Aku benci diriku yang friendly. Aku ingin mengubah sikapku yang sangat gampang cair terhadap seseorang. Aku tak suka perasaan cemburu yang tidak jelas apa penyebabnya.

Aku ingin fokus. Aku ingin menyelesaikan kuliahku dengan sempurna. Sebaik mungkin. Aku ingin menjadi wanita sukses yang pada akhirnya bisa membawa kedua orangtuaku menginjak dua tanah suci. Sungguh, saat ini belum ada satupun yang bisa kuberi kepada mereka berdua.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

untuk : yang pernah singgah

Oktober 2024 “Aku pengen dia tahu kalo di belakangnya selalu ada aku yang berharap. Semoga dia didekatkan sama hal yang bisa bikin dia happy” tukasku, “meski selamanya hanya bisa memandang dari belakang” Ranya setengah mendengus dan setengah tertawa sinis. Seolah perkataanku barusan adalah materi stand up comedy yang bisa mengundang tawanya. “Perasaan memang asli bisa bkin seorang Kiara jadi cewek yang bego dan nggak tau malu” Sinis Ranya. Perempuan berkacamata ini memang banyak tahu tentangku. Ia selalu menjadi telinga untuk tiap kisah yang tak pernah bosan kuulang. Dan menjadi buku diary berbentuk manusia tempatku berbagi banyak hal menyenangkan dan sebaliknya. Sedangkan dia, yang menjadi orang terpenting dalam kisah ini, adalah sosok yang tak pernah ku bayangkan akan menjadi sepenting ini. Padahal, melalui masa-masa kuliah dengan tenang dan jauh dari segala bentuk drama adalah hal yang selalu ku harapkan sebelum menjadi mahasiswa. Namun perjalanan yang diamanatkan semesta membawa...

hope and darkness

Tidak, itu bukan mimpi. Masih jelas terbayang kejadian 12 tahun yang lalu. Kejadian yang kemudian membawaku mengarungi derita tak bertepi. Peristiwa demi peristiwa. Sampai rasanya hidupku ingin kuberi judul sekumpulan tragedi. Sesak nafasku, leher yang seperti dicekik oleh tangan tak kasat mata, makhluk bertanduk yang muncul dari kegelapan, serta yang paling membuat pilu adalah, mereka yang tak satupun mendengar jeritku, sedangkan suara tawanya mampu kudengar dengan jelas diluar sana. Tuhan, mengapa engkau menjadikanku ada untuk kau biarkan derita menenggelamkanku pada titik nadir? Adakah aku melakukan kesalahan yang tidak bisa Kau maafkan? Atau, semua ini adalah caramu menyayangiku? -dengan membentukku menjadi sekokoh karang, yang tidak lagi gentar meski arus kencang menerjangku dari semua arah. *** Acara launching buku perdanaku akhirnya selesai dengan lancar. Setelah menyiapkan naskah itu selama kurang lebih satu tahun, akhirnya tiba hari ini. Hari yang menjadi klimaks dari ragam up...

MALAM DAN SATU SYUKUR YANG MEGAH

        Pada dasarnya, malam diciptakan untuk sebuah rasa lelah. Supaya manusia tahu bahwa kekuatan sebesar apapun masih bisa luruh. Bahwa ego setinggi apapun masih bisa runtuh.              Maka melalui malam kali ini, diriku kembali terbawa arus pikiran sendiri. Berbagai wajah, kejadian, aroma, maupun musik yang berkaitan dengan fase tertentu yang pernah kulalui terproyeksi satu persatu dari dalam sebuah kotak bernama kenangan. Entah apa maksud dan tujuannya. Padahal tidak ada momen apa-apa hari ini. Semua sempurna berjalan seperti biasanya.         Namun diantara banyak hal yang muncul secara acak dari dalam kepalaku yang ramai, ku temui satu syukur yang begitu megah. Mengingat betapa baiknya Tuhan merancang skenario kehidupan manusia, khususnya kehidupanku.